Anak-anak yang di didik dalam keluarga penuh kesantunan, etika, tata karma, dan sikap kesederhanaan akan tumbuh menjadi anak-anak yang tangguh, disenangi dan disegani banyak orang.
Mereka tahu aturan makan “table manner” di restoran mewah, tapi tidak canggung ketika makan di warung kaki lima. Mereka sanggup membeli barang-barang mewah, namun juga tahu mana yang keinginan dan mana yang kebutuhan.
Mereka biasa bepergian naik Pesawat antar kota, tapi santai saja saat harus naik angkot kemana-mana. Mereka berbicara formal saat bertemu orang berpendidikan, namun juga mampu berbicara santai saat bertemu orang jalanan.
Mereka berbicara visioner saat bertemu rekan kerja, tapi mampu bercanda lepas ketika bertemu teman sekolah dan teman bermain. Mereka tidak norak saat ketemu orang-orang kaya, tapi juga tidak merendahkan orang yang lebih miskin darinya.
Mereka mampu membeli barang-barang bergengsi, tapi sadar kalau yang membuat dirinya bergengsi adalah kualitas dan kapasitas kepribadian dirinya, bukan dari barang-barang yang di kenakannya. Mereka punya tapi tidak teriak kemana-mana. Kerendahan hati yang membuat orang lain respect dengan dirinya.
Maka jangan didik anak sejak kecil dengan penuh kemanjaan, apalagi sampai melupakan kesantunan, etika, dan tata karma. Hal-hal sederhana tentang kesantunan seperti : pamit saat akan pergi dari rumah, permisi saat masuk ke rumah teman (karena ternyata banyak orang masuk kerumah orang tidak punya tata karma dan sopan santun serta tidak menyapa orang–orang di sekitar rumah tersebut), kembalikan pinjaman uang sekecil apapun, berani meminta maaf jika ada kesalahan dan tahu berterima kasih jika di bantu sekecil apapun. Hal ini kelihatannya sederhana, tapi orang yang tidak punya attitude, itu dapat mengurangi nilai.
Bersyukurlah, bukan karena kita terlahir dari keluarga kaya atau cukup. Tapi bersyukurlah kalau kita terlahir di keluarga yang mengajarkan kita tentang “AKHLAK” dan kesederhanaan, karena ini jauh lebih mahal dari pada hanya sekedar uang.